Senin, 24 Mei 2010

penelitian tentang cypraeidae

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Daerah intertidal merupakan daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Dengan ini merupakan perluasan dari lingkungan bahari. Berdarkan kondisi lingkungan, daerah intertidal merupakan zona intertidal berbatu dan zona intertidal berpasir (Nybaken, 1992 ). Lebih lanjut di katakana bahwa bermacam-macam inveterbrata yang hidup secara benthos daerah intertidal mempunyai kisaran ukuran yang sangat luas yaitu berukuran mikro seperti protozoa sampai pada ukuran makro seperti crusiaecia an mollusca .
Gastropoda merupakan salah satu kelas dalam phylum mollusca yang hidup di daerah intertidal dan memiliki jumlah banyak,. Soewigno (1989),melaporkan bahwa gastropoda mencakup 35.000 spesies yang masih hidup dan 15.000 species yang telah menjadi fosil. Lebih lanjut dikatakan Nontji (1993), bahwa diperkirakan sekitar 1500 jenis gastropoda.
Menurut Hutabarat Evans (1985), menyatakan bahwa gastropoda hidup sebagai organisme benthos didaerah intertidal dengan cara menghamburkan diri dalam pasir atau lumpur, bersembnyi pada lamun atau rumput laut dan dan menempel pada batu dan karang.
Cypraidae merupan salah satu famili dalam kelas gastropoda sub kelas prosbranchia dan juga telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku kerajinan karena memiliki permukaan cangkang atasnya mengkilap. Dharma (1988), menyatakan bahwa beberapa species cypraeidae memiliki harga cukup tinggi di pasaran dunia diantaranya cypraea guttata, cypraea valetina, cypraea leucodon, cypraea aurantium,dan cypraea porteri.
Tingkat ekspoitasi mollusca secara umum da gastropoda secara khusus terus meningkan dan talah menandakan devisa yang cukup besar bagi bangsa secara ekonomi, namun eksploitasinya kadang dapat menimbulkan masalah bagi kelestarian sehinggasuatu saat akan dapat mengancam populasinya. Salah satu langkah awal dari penjelasan sumberdaya hayati laut adalah mendapatkan sebanyak mungkin informsi tentang kekayaan dan kelimpahan sumberdaya laut.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda Famili Cypraeidae yang meliputi : Kepadatan, pola sebaran, Keanekaragaman jenis dan Indeks dominasi.

1.3. Manfaat Penelitian
Di harapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang keberadaan jenis-jenis famili Cypraeidae kepada masyrakat sehingga dapat dikelolah dan dimanfaatkan tanpa merusak kelestariannya, disamping itu sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.





















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi
Famili cypraeidae merupakan salah satu jenis famili yang termasuk dalam kelas gastropoda sub kelas prosobranchia dan secara lengkapnya diklasifikasikan oleh Dharma (1988) sebagai berikut :
Pylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea sp
Cypraea Bistrinotata Cypraea Moneta Linne
Cypraea Cicercula Linne Cypraea Asellus Linne
Cypraea ursellus Gmelin Cypraea anullus Linne
Cypraea Contaminata Sowerbi Cypraea Helvola Linne
Cypraea Subviridis Reeve Cypraea Quadrimaculata Gray
Cypraea Globulus Linne Cypraea Coxeni Cox
Cypraea hammoendae Iredale Cypraea Dayritina Cate
Cypraea Limacina Lamarck Cypraea Gracilis Gaskoin
Cypraea Gangranosa Dillwin Cypraea Saulae Gaskoin
Cypraea Erosa Linne Cypraea Coloba melvill
Cypraea Mariae Schilder Cypraea Eburnea Barnes
Cypraea Rabaulensis Schilder Cypraea Isabela Linne
Cypraea Beckii Gaskoin Cypraea Chinensis Gmelin
Cypraea Childreni Gray Cypraea Stolida Linne
Cypraea Boivinii Kiener



2.2. Moorfologi
Gastropoda merupakan salah satu kelas dalam phylum Mollsca yang di sebut hewan berkaki perut, karena menggunakan perut untuk kaki dan kebanyakan hidup di laut (Dharma, 1988).Menurut Jasin (1989),menyatakan gastropoda adalah hewan yang mengalami modifikasi dari bentuk bilateral simetris menjadi bentuk yang mengadakan rotasi atau pembelitan.
Radiopetro dkk(1977), bentuk tubuh gastropoda adalah asimetris . dan biasanya eksoskeletonnya terputar seperti spiral. Selanjutnya Dharma (1988) menyatakan bahwa gastropoda mempunyai bahan asimetris dengan mantelnya terletak dibagian depan. Cangkang dan isi perutnya tergulung seperti spiral kearah belakang.letak mantelnya pada bagian depan yang mengakibatkan torsi.
Cirri-ciri umum kelas gastropoda adalah tubuh dalam asimiteris dan terletak di dalam cangkang, bagian kapala jelas dengan adanya satu atau dua tentakel, mempunyai satu pasang mata dibagian kepala, memiliki kaki yang lebar dan kepala lebih besar. (Radiopetro dkk, 1977).
Nontji (1993), menyatakan bahwa beberapa jenis keong mempunyai lempengan keras dan bundar berjt kapur atau berzat tanduk dibagian belakang kakinya. Lempengan ini di sebut operculum dapat menjadi sumbat penutup lubang cangkang yang amat ampuh untuk melindungi tubunya yang lunak yang tersebunyi didalam cangkang.
Menurut Dharma (1988 , bahwa famili Cypraeidae memiliki permukaan cangkang atasnya mengkilap, anggotanya cukup banyak, ukuran cangkangnya berkisar 1-15 cm dan tidak mempunyai operculum.

1.3. Habitat dan Penyebaran
Kelas gastropoda mrupakan golongan yang paling berhasil menyesuaikan dari untuk hidup diberbagai habitat seperti dasar laut,pelagis,perairan air tawar dan sebagian daratan (Soewigyo, 1989).
Secara alami gastropoda umumnya menyenangi hidup secara kelompok, membenangkan diri dalam Lumpur, dan daun lamun. Namun ada juga yang hidup secara soliter tergantung kondisi bioekologis dari lingkungan hidup.
Oermarjati dan wardana (1990), menyatakan bahwa jenis-jenis cypraea hidup pada daerah pasang surut di antar batu karang dan banyak di tumbuhi algae. Lebih lanjut dilaporkan parinsi (1997), bahwa famili cypraeidae mereka umum menempel padabatu atau karang mati untuk membenamkan diri pada pasir.
Gastropoda tersebar luas diseluruh perairan Indonesia seperti Bengkulu, jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Djami dkk, 1998). Sedangkan Brawn dan Moore (1965), dalam harahap (1992), menyakan bahwa gastropoda ada yang hidup sampai pada kedalaman 8210 meter. Demikian juga Soewignyo (1989), menyatakan bahwa kebanyakan gastropoda hidup dalam laut pada zona dangkal sampai kedalaman 10.000.

Parameter Lingkungan
1. Suhu
Suhu di perairan laut merupakan salah satu factor yang sangat penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut (Hutabarat dan evans, 1985). Nybakken (1988) menyatakan bahwa suhu merupakan factor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Suhu memiliki peranan yang penting dalam mengatur proses alamiah organisme akuatik, baik dalam aktifitas metabolisme untuk pertumbuhan dan fisioligi juga reproduksinya. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan gastropoda pada umumnya adalah 25-32 ˚C (Abbot, 1965 dalam Parinsi, 1997).
2. Salinitas
Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat yang terlarut dalam 1 kg air laut (Hutabarat dan Evans, 1985). Pada umumnya permukaan laut mempunyai salinitas yang lebih besar dari pada lapisan-lapisan yang lebih dalam. Salinitas di laut secara umum antara 33 ‰ sampai 37 ‰, sedangkan salinitas permukaan di daerah dengan curah hujan yang tinggi, atau dimana ada pengenceran oleh sungai, dan dalam daerah semi tertutup dapat mendekati nol (Nybakken, 1988).
Salinitas yang optimal untuk kehidupan Gastropoda berada pada kisaran 28-34 ‰. Untuk famili Cypraeidae, salinitas antara, 31-37 ‰ merupakan kisaran yang layak untuk kehidupan Cypraeidae (Agnestian, 1994 dalam Parinsi, 1997).


3. pH
pH digunakan untuk menyatakan hubungan keeratan dengan konsentrasi ion hidrogen. pH juga merupakan indikasi asam atau basa suatu perairan. Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan bahwa pH air normal adalah 7,2 – 8,1. pH air yang demikian masih layak untuk semua kebutuhan hidup.
Gastropoda umumnya memerlukan pH antara 6,5 – 8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Menurut Gasper (1990) dalam Parinsi (1997), Cypraeidae mampu mentoleransi perairan dengan kisaran pH antara 7-8. nilai pH tersebut merupakan nilai pH optimal bagi kelangsungan hidup dan proses reproduksi Cypraeidae.

















III. METODE PENITIAN

3.1 Wakti dan tempat
Penelitian ini direncanakan pada bulan april 2010 di zona Itertidal Desa Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat.

3.2. Alat Dan Bahan
Beberapa alat yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :

No. Alat dan Bahan Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Tali plastic
Kuadran 1x1 m
Kantong plastic
Ember plastic
Alat tulis menulis
Kamera
Meteran rol
Lintasan Transek
Alat mengambil sampel
Menampung sampel
Mengumpulkan sampel
Untuk menulis data
Untuk dokumentasi
Untuk mengukur transek


Sedangkan yang menjadi bahan dalam penelitian ini yaitu jenis-jenis famili yang terliput dalam kuadran serta formalin 10%.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel cypraeidae dilakukan pada 2 stasiun yaitu stasiun I pada substrat pasir berkarang dan stasiun II pada substrat pasir berlumpur. Penempatan stasiun tersebut berdasarkan pada asumsi bahwa kedua substrat tersebut merupakan habitat dari spesies Trochidae pada umumnya. Masing-masing stasiun terdiri dari 5 lintasan.
Pengambilan sampel cypraeidae dilakukan dengan menggunakan teknik line transek. Penempatan kuadran kearah laut sepanjang 50 meter dengan penempatan kuadran sebanyak 10 kali ulangan. Kuadran yang diguanakan berukuran 1 x 1 meter yang diletakan pada setiap lintasan dengan jarak antara lintasan 20 meter.
Sampel cypraeidae yang terkofer dalam setiap kuadran, diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label, kemudian dibawa ke darat untuk dihitung jumlah individunya dan dideterminasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya.
Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, pH dan salinitas yang dilakukan dengan cara menurut Effendi (2000) sebagai berikut :
Untuk pengukuran suhu yang diukur adalah suhu permukaan dengan menggunakan termometer (˚C). Cara mengukurnya dengan mencelupkan termometer ke dalam air selama 3-5 menit kemudian dibaca angka yang tertera pada termometer tersebut.
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan handrefractometer langkah awal dengan mengoleskan aquades pada kaca untuk membersihkan dan membuat angka standar nol, kemudian air laut diambil dengan menggunakan pipet dan diteteskan pada kaca obyek, dan untuk menjelaskan angka yang ditunjukkan, arahkan pengamatan pada sumber cahaya.
Pengukuran pH perairan dengan menggunakan pH meter. Alat ini dicelupkan kedalam perairan kemudian diamati angka yang tertera pada skala alat tersebut. Pengukuran suhu, pH dan salinitas dilakukan dengan ulangan sebanyak 3 kali kemudian diambil nilai rata-ratanya dan ditentukan kisaran tertinggi dan terendah dari hasil pengukuran tersebut.

3.4. Teknik Anlisa Data
a. Kepadatan (Krebs, 1989)
X
D =
A

Dimana: D = Kepadatan suatu jenis (ind/m2)
X = Jumlah individu perjenis yang diperoleh (Ind/m2)
A = Luas areal yang diukur dengan kuadran (m2)
b. Keanekaragaman Jenis
untuk menghitung besarnya keanekaragaman digunakan metode Shannon dan Weinner (Ludwig dan Reynolds, 1988), sebagai berikut :
ni ni
H’ = -Σ ln
N N

Keterangan:
H = Keanekaragaman jenis
Ni = Jumlah individu jenis-i
N = Jumlah seluruh individu

Kriteria:
H’ < 1 = Keanekaragaman jenis rendah
1 ≤ H’ ≤ 3 = Keanekaragaman jenis sedang
H’ > 3 = Keanekaragaman jenis tinggi

c. Indeks Dominasi
untuk menghitung indeks dominasi digunakan formula (Odum, 1996). Sebagai berikut:
ni 2
C = ∑
N

Keterangan :
ni = Jumlah individu tiap jenis
N = Jumlah individu seluruh jenis

Dengan kriteria:
Nilai C berkisar 0-1.
Jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi.

d. Indeks kemerataan (Wibisono, 2005)
H’
E =
Hmax



keterangan:
E = Indks Kemerataan
H’ = Keanekaragaman Jenis
Hmax = Ln S
S = Jumlah taksa
Dengan kriteria:
> 0,81 = Penyebaran jenis sangat merata
0,61 – 0,80 = Penyebaran jenis lebih merata
0,41 – 0,60 = Penyebaran jenis merata
0,21 – 0,40 = Penyebaran jenis cukup merata
< 0,21 = Penyebaran jenis tidak merata





























DAFTAR PUSTAKA

Abbot, R.T. 1965. American Seashell. Van Nostrand Reinhold Company.
New York.
Barnes, R.D 1994. Invertebrate Zoologi. Soenders Company, Philadelphia,
London, Toronto.
Dharma, B. Siput Dan Kerang Indonesia. PT. Sarana Graha. Jakarta.
Hutabarat, S dan Evans, S. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Jasin. J. 1989. Sistematika Hewan (Avertebrata dan Invertebrata). Sinar Wijaya
Surabaya.
Krebs, C. J. Ecological Methodology. Harper And Row Publisher. Inc. New York.
Lutwing, J.A And Reynold J.F 1988. Statistical Ecology. A Primer On Methodos
And Computing. A Willey Sons Inter Science. John Willey And Sons.
New York.
Mandang, R. 1997. Komonitas Gastropoda Di Perairan Bunaken Sulawesi Utara.
Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Unstrat. Manado.
Nonji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Noughton dan Wolf. 1990. Ekologi Umum. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT.
Gramedia. Jakarta.
Odum, D.A. 1971. Fundamental Of Ecologi. Sounders Company. Philadelphia,
Toppan Company Ltd.
Oermarjati, B dan Wardana. 1990. Taksonomi Avertebrata : Penuntut praktikum
Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Radiopoerta, K. 1977. Apakah Mollusca itu? Lembaga aseanologi nasional
Lembaga Penelitian Indonesia. Jakarta.
Rondo, M. 2001. Komonitas Biota Perairan. Makalah. Jurusan Menejmen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Unsrat. Manado

3 komentar:

  1. bagus nih gan. ngomong2 agan muammar dari univ ternate penelitian ini dilakukan dimana?

    BalasHapus
  2. soalnya ane juga mau penelitian tentang cypraea juga nih

    BalasHapus
  3. 1xBet Korean Bets: Online Bookmaker & Online Sportsbook
    You can also find online betting on online sports 1xbet nigeria betting in KORE, including all sports. Get best odds and bonus codes.

    BalasHapus